NU Lewati Malam Pergantian Tahun dengan Bermuhasabah

KH. Jubah Ireng saat menyampaikan tausiyah tentang pentingnya saling menghormati terutama kepada ulama.(GUN)

BEKASI SELATAN – Di tengah ingar bingar perayaan tahun baru di berbagai lokasi dan dengan beragam cara, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Bekasi bekerjasama dengan Masjid Agung Al Barkah dan Pemerintah Daerah Kota Bekasi menggelar Tablig Akbar dan Khotmil Qur’an mulai ba’da isya hingga lepas pukul 00.30 WIB, yang diikuti oleh ribuan masyarakat Kota Bekasi.

Kegiatan yang rutin diselenggarakan saban tahun ini bertujuan mengajak masyarakat muslim bermuhasabah, kembali ke masjid, berzikir, bertaubat kepada Allah. “NU tidak dalam posisi memperingati tahun baru. Tapi, di tengah perayaan yang menjurus kemadharatan, NU mengajak masyarakat untuk bersama-sama mendekatkan diri kepada Allah,” ujar Ketua PCNU Kota Bekasi KH Zamakhsyari Abd Majid.

Zamakshyari mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, siapa masyarakat yang berkumpul di rumah Allah lalu mereka membaca Alqur’an maka yang pertamakali dianugerahkan Allah adalah majelis tersebut akan dikelilingi malaikat. Kemudian, tambah dia, mereka (pada pembaca Qur’an) akan diberikan rahmat, ketenangan, serta akan selalu diingat oleh Allah SWT.

KH. Jubah Ireng, yang menjadi penceramah pertama mengingatkan akan pentingnya persatuan. Ia berujar bahwa setiap kehidupan pasti ada persamaan dan perbedaan. “Yang sama kita syukuri, yang beda kita sabari. Betul apa betul?” serunya menyapa jamaah. Jubah Ireng mencontohkan pada zaman Rasulullah pernah terjadi perbedaan pendapat antara Abu Bakar dan Umar, tapi itu tidak kemudian memecah belah.

Ada lagi, ungkap pengasuh Padepokan Sunan Kalijaga itu, pernah suatu hari Rasulullah tiduran di bawah pohon kurma. Lalu datanglah seorang kafir bernama Da’su. Ia menghunuskan pedang ke leher nabi, kemudian berkata, “Kamu sekarang sendiri, Muhammad. Bila saya ingin menebas lehermu, siapa yang akan menolongmu?” katanya. Rasul tersenyum dan dengan mantab menjawab: “Allah!”

Seketika itu, sambung Jubah Ireng, pedang di tangan Da’su jatuh karena gemetar mendengar kalimat “Allah” yang diucapkan Nabi Muhammad. Lalu Rasul mengambil pedang tersebut dan menghunuskannya ke leher Da’su. “Wahai Da’su,” kata Rasul. “Kalau saya ingin memenggal lehermu saat ini, siapa yang akan menolongmu?” Da’su tak bisa menjawab dan memohon ampun kepada Nabi dan, ternyata, dimaafkan.

Ada juga riwayat yang mengisahkan bahwa Abu Bakar bertanya kepada Fatimah puteri nabi, selepas sang nabi wafat, tentang amalan apa yang sekiranya belum ia ketahui yang rutin dilakukan nabi. Fatimah berkata, bahwa Rasulullah gemar membagi-bagikan makanan kepada seorang buta di Alun-alun Madinah, yang justru gemar mencaci Rasul.

Penasaran, Abu Bakar mendatangi orang buta itu, dan memberinya makan. Benar, ternyata si buta masih saja mencaci maki Rasulullah. Lalu ketika Abu Bakar menyuapinya makan, si buta bilang, “Kamu bukan orang yang biasa menyuapiku,” ujarnya. “Ya,” kata Abu Bakar. “Karena orang yang biasa menyuapimu sudah menghadap Allah dan beliau adalah Rasulullah yang selalu kaucaci maki.” bebernya

Beberapa riwayat lain disampaikan Jubah Ireng, yang pada intinya, bahwa yang paling utama yang diajarkan Rasulullah adalah akhlak. Ia prihatin bagaimana dewasa ini orang dengan mudahnya mengolok, memfitnah, mencaci, bahkan mengkafir-kafirkan orang lain, terutama kiai, ulama, hanya karena beda pendapat. “Kita harus menjaga persatuan demi keutuhan NKRI,” tukasnya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Bekasi H. Ahmad Syaikhu yang selalu hadir dalam Tabligh Akbar setiap tahunnya tiba di Masjid Al Barkah jelang pukul 23.00 WIB. Dalam sambutannya, Syaikhu yang malam itu mengenakan kemeja putih lengan pendek dan songkok hitam yang biasa ia pakai, menyampaikan, bahwa kegiatan semacam ini termasuk bagian dari upaya mewujudkan visi Ihsan Kota Bekasi.

Syaikhu menganggap penting bagaimana pemerintah bersama ulama bersinergi untuk membangun spiritualitas masyarakat Kota Bekasi agar laju pembangunan (fisik-infrastruktur) tidak timpang jika disejajarkan dengan laju pembangunan mental-spiritualnya. “Kita selalu memerlukan nasehat-nasehat dari para ulama. Semoga di 2017 ini Allah melimpahkan keberkahan buat kita semua,” ujarnya.

Penceramah utama, KH. Manarul Hidayat, yang juga Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama, berpesan, agar umat Islam senantiasa merawat persatuan dan jangan mudah dipecah belah. Satu-satunya harapan muslim dunia tinggal Indonesia, sebab kondisi muslim di Timur Tengah sudah karut-marut. Karenanya, pesan Manarul, jangan mudah terprovokasi dan istiqamahlah dalam menjalankan ajaran Islam.

Kegiatan Tablig Akbar dan Khotmil Qur’an itu juga dihadiri oleh 30 hafidz-hafidzah. Mereka dibagi ke dalam 10 majelis dan bertugas membaca tiga juz Alqur’an. Sehingga dari tiga juz Alqur’an yang dibaca, 10 kelompok tersebut berhasil mengkhatamkan Alqur’an sebanyak tiga kali. “Sementara jamaah yang lain, menyimak bacaan hafidz/ hafidzah,” kata Ketua DKM Masjid Agung Al Barkah Abdul Hadie (GUN)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*