BEKASI SELATAN – Pernyataan Wasekjen Partai Demokrat Rachland Nashidik yang menuding Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto adalah juru bicara yang buruk bagi politik Indonesia dan PDI Perjuangan merupakan bentuk dan cermin kebencian yang tak layak diucapkan elit partai.
“Apa alat ukurnya yang sahih menvonis Sekjen kami sebagai juru bicara yang buruk untuk PDI Perjuangan, bahkan Indonesia?”, ujar Henu Sunarko, Wakil Ketua Bidang Komunikasi Politik DPC PDIP Kota Bekasi.
Lebih jauh, Rachland juga tidak bisa secara sepihak menyimpulkan dengan memperbandingkan pernyataan Hasto Kristiyanto mengingatkannya pada ideologi zionisme dengan menjadikan penderitaan bangsa Yahudi di masa lalu sebagai pembenaran tindakan Israel untuk bangsa Palestina hari ini.
“Ini pernyataan dan analisa paling ngawur dan keblinger, bagaimana mungkin kami menjalankan politik dengan mendasarkan perilaku politik yang juga kami tentang. Kami juga menyuarakan keberpihakkan pada penderitaan bangsa dan rakyat Palestina, itu nyata bukan wacana”, tambah Henu.
Politisi PDIP Kota Bekasi ini juga menyanyangkan cara Rachland Nasidhik membangkitkan memori publik soal Peristiwa 27 Juli 1996 sebagai klaim tanpa dasar bagi PDI Perjuangan.
“Justru kalau ada pihak lain yang mengklaim 27 Juli tak punya akar dan ikatan historis dengan PDI Perjuangan, perlu dipersoalkan. Pun demikian, sejauh ini, kami tak pernah menyatakan sebagai tafsir tunggal pada peristiwa berdarah itu. Rakyat tahu, ada peristiwa kelabu masa itu dan meyakini sebagai titik balik proses demokratisasi yang dipenggal oleh orde baru sebelum akhirnya memuncak dalam aksi-aksi mahasiswa dan rakyat kebanyakan di Mei 1998,” bebernya
Sebagaimana ditudingkan Rachland yang menyebutkan bahwa Sekjen PDIP adalah populis gadungan dan kekanak-kanakan dan mencoba mengeliminir riwayat 27 Juli dari jejak kelahiran PDI Perjuangan.
Menanggapi hal tersebut, Henu dengan santai berujar “Yang gadungan itu bukannya yang koar-koar dalam iklan tempo dulu itu ya? Atau yang gede ambegan dengan sedikit-sedikit curhat dan ngeluh?. Kalau dia ingat dengan ideologi zionisme atau 27 Juli, tentu juga gak lupa untuk iklan-iklan partainya saat berkuasa. Hasilnya?. Biar rakyat yang menilai, karena rakyat juga yang menghukum secara politik kala pemilu 2014 toh”, pungkasnya.
Disinggung soal langkah-langkah selanjutnya menanggapi tudingan miring dari Wasekjen Partai Demokrat tersebut, Henu menyerahkan ke DPP Partainya, tapi sebagai struktur partai di tingkat cabang, kami berhak untuk membuat penguatan atas apa yang harus kami sikapi, ketika sekjen diperlakukan seperti itu.
“Sebaiknya Rachland mengurus partainya saja, tidak perlu membuat kuliah umum tentang sejarah PDI Perjuangan, dan tunjukkan menjadi juru bicara partai, bukan pengamat dan analis macam tudingan-tudingan ngawurnya itu”, ketus Henu mengakhiri perbincangan dengan media. (GUN)
Leave a Reply