Cinong Betawi Lestarikan Budaya Bekasi

Istimewa

BABELAN – Berawal dari keinginan melestarikan keterampilan kesenian dan kebudayaan yang ia pelajari dari gurunya, Jamaludin bersama dengan keluarga dan anak-anak mendiang gurunya mendirikan Perguruan Silat Cinong Betawi di Desa Babelan Kota Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi.

Nama Cinong Betawi sendiri menurut Jamaludin berasal dari aliran main pukul atau silat Cimande Cinong yang dipelajari oleh mendiang gurunya almarhum Mang Mursanih di Gadungan Kampung Sungai Tawar Desa Pantai Makmur Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi.

Jamaludin pun serta para sesepuh dan saudara seperguruan bersepakat memilih nama Cinong Betawi sebagai nama perguruan. Uniknya, murid-murid Perguruan Silat Cinong Betawi ini tidak hanya belajar silat, mereka juga belajar kebudayaan lainnya seperti lenong betawi, palang pintu, seni musik hadrah, pantun, melukis hingga kerajinan tangan hasta karya kreatif juga dipelajari.

“Intinya mah bang kita ingin anak muda di lingkungan sini punya kegiatan positif sebagai wadah pengembangan diri dan pendidikan” ungkap pria yang akrab disapa Bang Jamal  saat ditemui wartawan, Selasa (2/5/2017).

Sejak  pengesahan logo Perguruan Silat Cinong Betawi sekitar pertengahan Juli 2016, Perguruan Silat Cinong Betawi telah berkembang menjadi sekitar 6 Cabang Perguruan di sekitaran Kecamatan Babelan, Sukawangi dan Tambun Utara.

Dikatakannya, selain mengembangkan budaya Cinong Betawi juga aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan khususnya yang terkait dengan acara kebudayaan dan kepemudaan di Jabodetabek.

Proses pelatihan yang ada di Cinong pun tergolong unik dan penuh syarat, para murid pun harus melalui beberapa tahapan, kata Jamal, dalam Cinong Betawi ada beberapa prosesi yakni prosesi rosulan, buburan dan tamatan.

“Sebelum bergabung menjadi murid perguruan Cinong, setiap calon wajib mengikuti prosesi pelantikan yang kita sebut rosulan, kemudian setelah belajar 8 jurus dan mau naik langkah atau naik sabuk kita adakan buburan,” ungkap Jamal

Pada prosesi buburan ini, menurut Jamal prosesi ini berupa makan bubur bareng-bareng dengan anggota yang lama.

“Prosesi ini untuk mempererat antara yang baru mau naik sabuk sama yang sudah lama. Sedangkan untuk prosesi tamatan sendiri itu kalau sudah menyelesaikan tingkatan,” jelas Jamal diselingi cerita-cerita anggota Cinong yang lainnya.

Mengenai harapan ke depan Perguruan Silat Cinong Betawi yang lebih mirip sanggar seni budaya ini, Bang Jamal berharap Cinong Betawi dapat di berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat.

“Yah harapan sih besar, mudah-mudahan Cinong bisa berkembang khususnya di wilayah Bekasi dan sekitarnya mudah-mudahan dengan kehadiran Cinong bisa bermanfaat bagi lingkungan sekitar” pungkas Jamal (GUN)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*